Selasa, 26 Agustus 2008

Cerita Bersambung

Nerusin cerita kemarin, yang kena cut gara-gara gak tahan laper, hehe.. saya mo nulis tentang kehidupan nich, idenya sich karena ngeliat ibu saya tergolek lemas tak berdaya di ranjang rumah sakit dengan selang infus dan transfusi di kanan dan kiri tangannya. Ya... agak dramatik memang, dapet ide dari kesakitan ibu sendiri. Tapi memang seharusnya kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa kita, senang, susah, sehat, sakit, semua ada maksudnya, gak dateng begitu aja dan pergi begitu aja.
Sakit itu mahal harganya, atau yang lebih benar seharusnya "sehat itu mahal harganya", untuk mendapat kesehatan kita kembali, kita rela bayar mahal untuk disuntik, dipasangin selang di sana-sini, badan kita dimasukin alat-alat medis yang pastilah gak seenak klo kita memasukkan makanan ke badan kita. Toh tetap aja, apapun usaha kita, semua itu kembali berpulang kepada "ridlo" YANG KUASA, masih di-"ridloi-kah kita hidup di dunia ini....
Kalo kita juga mau menengok ke belakang, pastilah datangnya penyakit itu juga ada penyebabnya, kalo menurut saya yang salah bukan bakteri, virus, parasit dan temen-temennya, tapi kitalah yang membuat badan kita sendiri sakit. Pola hidup, kebiasaan, pikiran, perasaan, amal ibadah, semuanya berpengaruh pada kesehatan kita. Selama ini mungkin kita hanya memperhatikan fisik atau jasmani, bukan rohani kita. Padahal terkadang sumber utama segala penyakit di dunia ini adalah rohani kita yang tidak sehat. Bisa apa aja bentuknya, dari hati yang tidak pernah mendekat pada-NYA, tumbuh pikiran yang selalu negatif, dan menyebabkan jasmani kita juga meresponnya dengan negatif. Timbullah berbagai penyakit di tubuh kita.....
Penyakit hati emang susah, kalo hati sudah membatu, karena gak pernah dapet siraman rohani, lama-lama akal juga jadi batu, telinga gak lagi mau mendengar nasehat orang lain, mulut gak mo lagi ngomongin orang yang baik-baik, susah pokoknya...............
Saya memang bukan dokter dan saya gak akan mencoba menelaah kesehatan dari segi medis, saya juga bukan filsuf yang ahli berfilsafat , pintar merumuskan berbagai analisi tentang kehidupan, semua itu tadi saya lihat dari kacamata saya sendiri yang mungkin juga sudah mulai buram. Jadi saya juga harus mulai membersihkan kembali hati saya, pikiran saya jangan sampai itu terlambat.
Moga-moga yang baca ini juga gak jadi buram pikirannya, bukan karena penyakit, tapi karena pusing membaca tulisan yang ngalor-ngidul ini, hehe...........
Terima kasih sudah bersedia mendengarkan curhat saya ini sampai selesai.

Minggu, 24 Agustus 2008

Days of Our Life

Hari ini saya baru saja menambahkan gadget (dulu : widget) baru di blog saya tentang "How Many Days I have lived" (liat samping kanan atas). Judulnya seseram maknanya, tul kan...??!! Saya jadi pengen nulis tentang kehidupan tapi belum dapet ide nich apa, mungkin setelah saya isi bahan bakar perut dulu, saya akan teruskan tulisan ini.. Jadi.. sebentar saya... mamam dulu...

Senin, 09 Juni 2008

Hydrocephalus

Saya bukan dokter maupun orang yang bergerak di bidang kesehatan, namun saya mulai concern ma hydrocephalus kira-kira sebulan lalu saat saya secara "live" melihat seorang balita penderita hydrocephalus digendong ibunya di halaman parkir sebuah rumah sakit swasta di Solo. Betapa pedih hati saya ketika mengetahui ternyata balita tersebut sudah sejak bayi menderita dan baru saat ini (umur sekarang 1,5 tahun) atau mungkin beberapa tahun yang lalu dia dibawa ke rumah sakit. Sudah terlambat, hanya itu yang bisa dikatakan oleh dokter or suster yang merawatnya. Padahal sebenarnya jika para orang tua mau mencari informasi dengan lebih luas lagi, ada sebuah yayasan yang bekerja sama dengan RS Elisabeth di Semarang yang menggratiskan biaya operasi dll untuk pasien hydrocephalus.
Hydrocephalus sendiri adalah pelebaran rongga cairan dalam otak yang disebabkan gangguan aliran (penyumbatan) dan atau gangguan penyerapan cairan. Selama ini diyakini faktor kekurangan gizi ibu selama hamil, konsumsi obat-obatan tertentu, serta virus toksoplasma dan cetomegalopus menjadi penyebab penyakit hydrocephalus. Untuk penanganannya, pada kepala penderita dipasang alat semacam selang kecil untuk mengalirkan cairan dari jaringan otak ke rongga perut. Keterlambatan penanganan akan mengakibatkan cacat menetap pada otak, yang selanjutnya membuat anak mengalami retardasi mental dan gangguan psikososial.

Senin, 05 Mei 2008

Burger Bantet

Niatnya sich mo coba-coba bikin usaha sampingan di bidang pangan, alias jualan roti gitchu....
Jadi sebelum dilempar ke pasaran, kudu dicoba dulu kan, layak jual or not, enak apa kagak, bantal or bantet (hehe....... maksudnya jadi empuk atau gak). Jadi setelah nyari-nyari resep yg kata si penulisnya ditanggung 100% berhasil, gak bakalan gagal, niat bikin roti pun diwujudkan. Setelah berkorban waktu dan tenaga, juga uang buat beli bahan-bahannya, pengorbanan perasaan juga loh, soalnya waktu tu dah terbayang bakal sukses ni roti, empuk minul-minul, anget-anget dimaem buat nemenin teh anget, wuihhh sedap nian...
Tapi mimpi tinggallah mimpi, setelah ditunggu-tunggu yang didapat tak seperti yang diharapkan, jadi roti sich jadi tapi bantet, gak empuk, seret abis.... kalo buat temen minum teh sich mungkin bisa abis 3 gelas teh setelah makan roti ini, hehe........ Tapi bukan salah resepnya loh, semua salah dan khilaf harus kembali ke diri sendiri dulu, mungkin karena masih amatiran jadi perlu banyak kali usaha baru berhasil, ya sesuai kata pepatah lah, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian, baru sekali ni bikin roti, kalo langsung berhasil "beruntung" namanya, hehe.... Oke cukup segitu prakatanya, cerita di atas bukan bermaksud untuk menakuti-nakuti loh, cuma sekedar curhat, hehe...
Buat yg mo coba bikin roti burger, nich resepnya :D SELAMAT MENCOBA!!!
Bahan :
▪500 gr tepung terigu protein tinggi
▪60 gr gula pasir
▪20 gr susu bubuk
▪7 gr ragi / fermipan
▪10 gr garam
▪300 ml air
▪40 gr mentega putih
Cara membuat :
■campur semua bahan kering *tepung - garam dlsb* sampai tercampur rata
■Tambahkan air, uleni lagi kemudian tambahkan mentega, uleni sampai kalis.
■Diamkan adonan selama 15 menit
■Kempiskan adonan lalu timbang @ 70 gr bulatkan, susun diloyang dan diamkan lagi selama 10 menit *kalau punya loyang buat roti burger susun adonan diatas loyang bulat tsb*
■Kemudian pipihkan adonan dan diamkan lagi selama 40 - 60 menit
■Setelah mengembang olesi permukaannya dengan air dan taburi wijen
■Masukkan oven yang sudah dinyalakan dengan temperatur 200°
■Setelah matang angkat dan letakkan dirak kawat sampai dingin, baru masukkan keplastik tertutup supaya tetap empuk. Jadi kira2 10 ptg roti burger.

Rabu, 09 April 2008

Kebersamaan Semu

Kebersamaan, dalem banget artinya, jika hal itu memang benar-benar diterapkan. Di kantor, di kampung, di sekolah, di masyarakat, sering banget kumpul-kumpul dalam rangka kebersamaan. Tapi apa iya, setelah acara-acara itu, rasa kebersamaan kita masih terus melekat, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari... Kebersamaan ya cuma saat bersama, saat sendiri, kita jadi orang yang paling egois sedunia, gak peduli tetangga, teman, apalagi sesama.
Menurut saya, seharusnya kebersamaan itu tumbuh dengan sendirinya, dari dalam hati masing-masing, dengan keinginan dan kesadaran sendiri. Gak perlu dipaksa, disuruh atau diatur. Kebersamaan yang baik tumbuh dengan dasar keikhlasan, kalo karena paksaan.......... mungkin itulah kebersamaan semu.........

Rabu, 05 Maret 2008

CinTa TaK SELALU SeMpUrNa
CinTa hAnYaLaH CiNtA
MuNgKiN kita HaNyA PeRLU BeRsaBaR......
UnTUk mEnGeRti

Selasa, 04 Maret 2008

KoNsEp KeAdiLaN & kEtiDaKaDiLaN

Why? Itu pertanyaan yang selalu ada di kepala saya, ”Kenapa
begini? Kenapa begitu?”.
Di jalan, ada seorang perempuan dengan menggendong anak mengemis dari satu mobil ke mobil yang lain, panas terik, terkadang dingin hujan tak dihiraukan. Orang tua tidur di pinggir jalan seorang diri, yang idealnya masa tua dihabiskan bersama cucu. Mereka harus benar-benar “berjuang untuk hidup”. Sementara di kantor-kantor, banyak orang yang gak perlu terlalu ngoyo berjuang, dapat gaji banyak. Banyak yang buang-buang makanan, pesta pora sampai perut sakit, namun ada juga yang meninggal karena kelaparan, atau bayi/balita menderita gizi buruk. Why??
Kalo saya memandang semua itu sebagai suatu ketidakadilan hidup. Saya sering marah pada diri sendiri jika melihat orang-orang yang diberi kemudahan hidup, kurang menghargai hidup. (Apa lagi maksudnya nich………..) Adilnya kan yang bekerja keras, dia yang mendapat hasil banyak, yang kerjanya males-malesan ya hidupnya gitu-gitu aja. Yang punya berlebih, diberikan sebagian untuk yang kurang. Harusnya……….
Tapi mungkin itulah keadilan hidup (konsep keadilan yang masih belum nyampai di otak saya), ada yang diberi kelebihan dan kemudahan, supaya bisa memberi yang kekurangan. Ada kasus meninggal karena kelaparan, supaya masyarakat umum mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Mungkin mereka yang dicoba dengan kesusahan selama hidup pada akhirnya nanti akan mendapatkan kebahagiaan, mungkin tidak di dunia ini tapi di tempat yang jauh lebih indah dibandingkan dunia. Wallahu’alam. Mungkin itulah keadilan.